A. Kelemahan
Sistem Informasi Kesehatan
Kelebihan
dari sistem informasi kesehatan adalah informasi yang didapat akurat, pendataan
dilakukan dengan cermat, pengambilan keputusan kebijakan yang tepat, biaya yang
dikeluarkan lebih murah meski pada awalnya cukup mahal (investasi jangka
panjang), dan keterbukan dalam berbagai aspek
Kelemahan
dari sistem informasi kesehatan adalah dibutuhkan sumber daya manusia yang
memiliki kemampuan dibidang teknologi informasi dan komunikasi, persebaran
sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dibidang teknologi informasi dan
komunikasi tidak merata, biaya awal yang cukup mahal meski selanjutnya lebih
murah(investasi jangka informasi).
Faktor
kelemahan juga merupakan faktor internal sistem informasi kesehatan nasional.
Faktor ini jika tidak diintervensi akan berdampak negatif pada keberlangsungan
sistem informasi kesehatan. Sehingga sedapat mungkin faktor ini harus
diminimalisasi atau diintervensi. Faktor kelemahan kritisyang
diidentifikasi secara garis besar adalah sebagai berikut:
1. Aspek legal masih lemah.
Adanya landasan hukum
untuk mendukung keberhasilan berjalannya sebuah sistem informasi mutlak
diperlukan. Hal ini juga merupakan bentuk komitmen dari seluruh komponen
yang terlibat dalam suatu sistem informasi. Peraturan
perundang-undangan untuk tingkat transaksi layanan kesehatan maupun di
tingkat pelaporan dirasa masih lemah. Peraturan
perundang-undangan yang ada juga belum secara spesifik menjawab kebutuhan
integrasi sistem informasi kesehatan. Di beberapa kabupaten/kota belum ada
landasan hukum yang cukup kuat untuk mengimplementasi sistem
informasi kesehatan di daerah yang seharusnya berlaku secara terintegrasi.
Walaupun beberapa peraturan perundang-
undangan yangada seperti UU ITE, UU KIP, PP PSTE, PP
SIK, dan lain-lain dapat dijadikan acuan. Namun peraturan
perundang-undangan yang spesifik mengatur
secara teknis penyelenggaraan sistem informasi kesehatan perlu
disiapkan seperti peraturan perundang-undangan terkait rekam
medis/kesehatan elektronik.
2. Sistem informasi kesehatan masih terfragmentasi.
Sebagaimana
diketahui bahwa di bidang kesehatan telah berkembang berbagai sistem informasi
sejak lama tetapi satu sama lain kurang terintegrasi. Setiap sistem
informasi tersebut cenderung untuk mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dan
langsung dari fasilitas pelayanan kesehatan yang paling bawah dengan
menggunakan cara dan format pelaporan sendiri. Akibatnya setiap
operasional seperti Puskesmas dan Rumah Sakit yang harus mencatat
data dan melaporkannya sehingga Puskesmas dan Rumah Sakit menjadi sangat
terbebani.
Dampak negatifnya adalah berupa
kurang akuratnya data dan lambatnya pengiriman laporan.
3. Pendanaan untuk sistem informasi kesehatan di
daerah masih terbatas.
Aspek
pendanaan dapat dinilai sebagai faktor kekuatan, namun terdapat beberapa hal
yang dapat pula dikategorikan sebagai
faktor kelemahan. Alokasi dana untuk operasional,
pemeliharaan, dan peremajaan sistem informasi baik di pusat
maupun di daerah, belum menjadi prioritas penganggaran rutin sehingga dapat
mengakibatkan operasional dan pemeliharaan
sistem tidak dapat dilakukan secara baik untuk menjaga kesinambungan sistem informasi.
Kemampuan pendanaan daerah yang bervariasi dalam memperkuat sistem
informasi kesehatan di daerah berdampak pula pada
keberhasilan penguatan sistem informasi kesehatan secara keseluruhan
4. Kemampuan daerah dalam pengembangan sistem
informasi kesehatan dan pengelolaan data/informasi yang bervariasi.
Fakta
di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar kabupaten/kota dan provinsi
belum memiliki kemampuan yang memadai dalam mengembangkan sistem
informasi kesehatannya, sehingga perlu dilakukan fasilitasi. Untuk sebagian
daerah yang telah memiliki kemampuanpun tampaknya pengembangan yang dilakukan
masih kurang mendasar dan komprehensif serta belum mengatasi masalah-masalah
mendasar dalam sistem informasi kesehatan. Setiap upaya pengembangan cenderung
menciptakan sistem informasi kesehatan sendiri dan kurang
memperhatikan keberlangsungan sistem dan konsep integrasi sistem untuk
efisiensi. Kondisi geografis, khususnya pada daerah terpencil dan perbatasan
juga berdampak pada kemampuan untuk membangun sistem informasi
kesehatan daerah serta optimalisasi pemanfaatan infrastruktur teknologi
informasi dan kemampuan sumberdaya lainnya. Sementara itu, kemampuan untuk
melakukan manajemen data mulai dari pengumpulan, pengolahan, dan analisis data
serta penyajian dan diseminasi informasi baik di pusat
dan daerah masih belum optimal. Kemampuan untuk
menghasilkan indikator dan
kesehatan yang valid dan reliabel juga masihperlu
ditingkatkan.
5. Pemanfaatan TIK dalam penyelenggaraan sistem
informasi kesehatan dan pengelolaan data yang belum optimal.
Hampir
sebagian besar daerah dan pusat telah memiliki infrastruktur TIK untuk
mendukung pelaksanaan sistem informasi
kesehatan, namun fasilitas TIK tersebut belum
secara optimaldimanfaatkan. Hal ini dapat disebabkan karena beberapa faktor,
seperti kemampuan sumber daya manusia yang masih terbatas, tidak
berfungsinya perangkat keras dan perangkat lunak aplikasi pengelolaan data
kesehatan, tidak tersedianya prosedur pengoperasian
(SOP) atau petunjuk manual untuk mengoperasikan perangkat
keras maupun perangkat lunak aplikasi pengolahan
data. Banyak pula fasilitas komputer dan infrastruktur TIK yang
akhirnya kadaluarsa atau rusak sebelum SIK diimplementasikan. Fasilitas
yang digunakan pada umumnya tidak mempunyai standar minimum kebutuhan dan cenderung
bervariasi baik dalam spesifikasi perangkat keras maupun perangkat lunaknya.
Hal ini dapat mengakibatkan ketidaksesuaian ketika akan dilakukan integrasi.
6. Kuantitas dan kualitas sumber daya manusia masih
rendah.
Sumber
daya manusia memegang peranan penting dalam keberhasilan implementasi sistem
informasi kesehatan. Namun kondisi saat ini baik di pusat maupun daerah
masih terdapat keterbatasan baik dalam hal kuantitas maupun kualitas
tenaga pengelola sistem informasi kesehatan. Selama ini, di beberapa
daerah, pengelola data dan informasi
umumnya adalah tenaga yang merangkap jabatan atau tugas lain, yang dalam
kenyataannya mereka tidak dapat sepenuhnya bekerja mengelola data dan
informasikarena insentif yang tidak sesuai sehingga
mereka memilih pekerjaan paruh waktu di tempat lain. Kelemahan ini masih
ditambah lagi dengan
kurangnya keterampilan dan pengetahuan mereka di bidang
informasi, khususnya teknologi informasi dan pemanfaatannya. Selama ini sudah
terdapat jabatan-jabatanfungsional untuk para pengelola data dan
informasi, seperti pranata komputer, statistisi, epidemiolog,
keamanan informasi, dan seterusnya. Namun belum dimanfaatkan betul.
7. Mekanisme monitoring dan evaluasi masih lemah.
Kelemahan-kelemahan
dan berbagai permasalahan pada penyelenggaraan
sistem informasi kesehatan tentunya dapat diidentifikasi dengan
mekanisme monitoring dan evaluasi serta audit sistem informasi kesehatan.
Sayangnya, mekanisme monitoring dan evaluasi belum ditata dan dilaksanakan dengan
baik.
8. Persebaran
sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dibidang teknologi informasi dan
komunikasi tidak merata
9. Keterbatasan
jaringan informasi (internet) di daerah-daerah terpencil,
10. Biaya
awal yang cukup mahal meski selanjutnya lebih murah (investasi jangka
informasi).
11. Adanya
Indikasi Penyalahgunaan Kecanggihan Alat
Peran
system informasi dimasyarakat sangatlah penting bahkan vital jadi tak jarang
ada oknum-oknum yang memanfaatkan kecanggihan alat yang sedang berkembang untuk
kepentingan segerombolan atau sekumpulan orang-orang yang menyalahgunakan
manfaat kecanggihan alat yang sedang berkembang untuk tindak
kejahatan.penanganan dalam masalah ini sangatlah sulit karena banyaknya
factor-faktor yang menghambat dalam penanganan masalah ini jadi semua kembali
ke individu masing-masing untuk mempertimbangkan sisi baik dan sisi buruk dalam
mau menggunakan suatu alat tertentu.
12. Kurangnya
Sosialisasi Tentang Pentingnya Sistem Informasi
Dalam
hal ini peran semua pihak mulai dari lapisan bawah sampai lapisan atas harus
saling berkoordinasi untuk mensosialisasikan tentang pentingnya peran system
informasi agar tidak ada masyarakat yang sampai ketinggalan teknologi di jaman
yang sekarang berkembang ini tanpa memandan tingkatan lapisan ataupun derajat
social.
Penggunaan sistem
komputerisasi juga tentu memiliki kekurangan. Kekurangan tersebut di antaranya
yaitu:
1. Bergantung
pada sumber listrik
Karena
menggunakan komputer, semua hal yang berhubungan dengan teknologi informasi
untuk kesehatan bergantung pada sumber listrik. Apabila listrik padam, maka
segala pekerjaan yang berkaitan dengan penyimpanan dan pengolahan data akan
sulit untuk dilakukan menggunakan komputer. Hal ini tentu akan mengganggu
pelayanan yang akan diberikan kepada para pasien di rumah sakit.
2. Bergantung
pada aplikasi
Selain
bergantung pada sumber listrik, penggunaan teknologi informasi untuk
kesehatan juga bergantung pada aplikasi yang digunakan. Jika aplikasi yang
digunakan sering bermasalah, maka pelayanan kepada pasien juga akan buruk.
Untuk itu, gunakan aplikasi yang tepat agar pelayanan kepada pasien dapat
dilakukan secara maksimal.
3. Perlu
pelatihan khusus
Tidak
semua orang dapat bekerja dengan komputer secara akrab, hal ini memberikan
kesulitan tersendiri. Untuk dapat menggunakan sistem komputerisasi tersebut
maka petugas rumah sakit harus melakukan pelatihan khusus. Terutama untuk
menyesuaikan diri dalam menggunakan aplikasi yang akan digunakan dalam
pengolahan data pasien tersebut.
Kita
perlu menyadari bahwa tidak semua petugas medis di rumah sakit akrab dan
familiar dengan sistem informasi kesehatan atau bahkan dengan komputer. Hal
tersebut tentu saja akan membuat penerapan simkes di rumah sakit menjadi
sia-sia atau malah bisa menjadi halangan karena akan menyulitkan para petugas
medis yang masih belum siap dalam menerapkan simkes.
Pemberian
pelatihan perlu dilakukan agar tiap petugas medis dapat menggunakan sistem
informasi kesehat-an yang ada secara efektif, efisien, dan maksimal. Petugas
medis juga perlu diberi pelatihan mengenai cara penanganan dan antisipasi
apabila sistem mengalami gangguan atau tidak dapat berjalan sebagaimana
mestinya. Selain itu petugas medis juga dapat didorong untuk selalu memberikan
kritik dan saran terhadap sistem yang digunakan agar sistem tersebut dapat
semakin berkembang dan memiliki kinerja yang maksimal yang sesuai dengan
kebutuhan rumah sakit.
B. Tantangan
Sistem Informasi Kesehatan
1. Tantangan
Otoda
Tantangan
otonomi daerah Ini sebagai implementasi dari UU No. 2 tahun 1999 tentang
pemerintahan daerah dan UU No. 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dan daerah. Sehingga daerah punya otoritas dalam
menentukan arah kebijakan sendiri termasuk di dalamnya mengenai arah kebijakan
Sistem Informasi Kesehatan untuk kabupatennya.
Otonomi daerah saat ini
menyebabkan masing-masing daerah sibuk mengerjakan urusannya sendiri, termasuk
dalam menyusun prioritas untuk pengembangan dan pengelolaan
sistem informasi kesehatannya. Hal ini tentu saja akan berdampak pada kelancaran
integrasi sistem informasi kesehatan yang diharapkan salah satunya
dibangun dengan penguatan SIKDA. Kondisi tersebut akan menyulitkan Pemerintah
(Kementerian Kesehatan) dalam memfasilitasi pengembangan sistem informasi
kesehatan di daerah, implementasi standarisasi dan pembenahan tata kelola.
Pembandingan dengan daerah lain(benchmarking) pun akan mengalami
kesulitan karena tidak adanya standar.
2. Tantangan
Globalisasis
Banyak
ragam perangkat lunak Sistem Informasi Kesehatan sehingga membingungkan unit
operasional dalam menginputnya. Juga membingungkan pihak pengambil kebijakan
dalam menentukan model dan sistem yang nantinya akan digunakan guna
menghasilkan input, proses dan output yang maksimal sesuai dengan kebutuhan
yang ada.
Pertumbuhan
yang cepat dalam perdagangan internasional dan timbulnya ekonomi global
memerlukan sistem informasi yang mendukung produksi dan menjual produk di
berbagai negara yang berbeda. Untuk membangun sistem informasi yang
multinasional dan terintegrasi, maka bisnis harus membangun standar global
hardware, software dan komunikasi, menciptakan akuntansi dan struktur laporan
yang antar budaya serta mendesain proses bisnis transnasional.
Era globalisasi menyebabkan
bebasnya pertukaran berbagai hal antar negara seperti sumber daya
manusia, IPTEK, dan lain-lain. Di bidang kesehatan, hal ini akan
dapat menimbulkan dampak negatif apabila tidak dikelola dengan baik. Beberapa
dampak negatif tersebut antara lain adanya penyakit-penyakit serta gangguan
kesehatan baru, masuknya investasi dan teknologi kesehatan
yang dapatmeningkatkan tingginya biaya kesehatan, serta
masuknya tenaga- tenaga kesehatan asing yang menjadi kompetitor tenaga
kesehatan dalam negeri. Untuk menghadapi kemungkinan dampak negatif
yang terjadiseiring era globalisasi maka dukungan
sistem informasi sangatlah diperlukan. Sistem kewaspadaan dini untuk
mengintervensi permasalahan kesehatan sangatlah bergantung
pada pasokan data dan informasi yang akurat, cepat, dan tepat.
Apabila era globalisasi datang pada saat
sistem informasi kesehatan nasional kita belum kuat, maka dikhawatirkan akan
membawa dampak-dampak negatif yang merugikan.
DAFTAR
PUSTAKA
http://litesite.blogspot.co.id/2014/09/sistem-informasi-kesehatan-sik.html.http://masoleno.blogspot.co.id/2016/10/sisitem-informasi-kesehatan-sik.html
Komentar
Posting Komentar